Saudara , Dalam aspek kehidupan kita ini , IQ memang masih dianggap sebagai peranti utama penjamin kesuksesan seseorang . Tak heran, bila orang yang kurang berprestasi di dunia akademis mendapatkan tekanan yang luar biasa dari rekan-rekannya . Bahkan selanjutnya pada perjalanan perkembangan dunia kerja yang menuntut efisiensi danprofesionalisme, kini hampir semua orang mulai memahami bahwa IQ sajatidak cukup untuk melakukan sebuah pekerjaan, sebagai penyimbang yangmenyelaraskan maka mulailah di terapkan pendekatan EQ dalam kegiatansetiap hari.Berbagai sumber pustaka, training dan pelatihan tentang EQ makin gencarditerapkan di berbagai perusahaan di hampir seluruh bagian dunia. Hasilyang menganggumkan atas kombinasi penerapan IQ dan EQ makin menyemangatisetiap individu untuk menjadikannya pola hidup modern.Emosi yang stabil dapat memacu kreativitas dan produktivitas, ini adalahinti dari penerapan pendekatan EQ, namun seiring itu pula, perlu banyakorang menyadari bahwa masih saja ada praktek-praktek emotional abusesyang kerap terjadi dan membuat banyak orang menderita secara psikismaupun fisik karenanya.Hal-hal yang dianggap "lumrah" dan "biasa" namun efeknya dapat terusberlangsung seumur hidup.Dunia sekolah, dunia training, dunia kerja, lingkungan social tempattinggal bahkan di tengah keluarga sekalipun, setiap hari terjadipraktek-praktek Emotional Abuse. Sebagian orang mengabaikannya, sebagianlagi menikmati melakukannya dan sebagian lagi menderita karenanya tanpaharus tahu bagaimana mengatasi dan mengobatinya.Seorang manager dapat membuat tekanan emotional yang luar biasa danmenyebabkan karyawannya mengundurkan diri secara terpaksa dan bahkanmelakukan bunuh diri, "mencuri" fasilitas kantor, mensabotase client/laporan kerja orang lain, menjelekkan seseorang di muka umum, seorangayah yang membedakan kelebihan anak yang satu dengan yang lainmenyebabkan tumbuhnya kebencian menahun dalam diri anak dan kemudianmembentuknya menjadi anti-social, seorang guru yang secara emosionaldilecehkan muridnya harus mengalami perawatan psikis bertahun-tahun atastrauma yang dideritanya.Seorang trainer kehilangan kesabarannya dan konsentrasinya atas ulahatau ejekan audience ditengah penyampaian materi dan berakhir dalamsebuah perkelahian. Adalah contoh-contoh sederhana atas emotional abusesyang terjadi. Ejekan "sederhana", praktek per "plonco" an di sekolah danatas karyawan baru, pembentukan kelompok "eksklusif", pembedaanperhatian atau name calling (si gendut, si tukang ngibul, si jorok, sikacamata, si tukang gossip, si resek, si pengecut, dll), pesertatraining anda tidak merespon pada aktivitas training tanpa anda tahupenyebabnya.Semua berawal dari hal yang biasa, namun efeknya dapat sangat mengerikandan bahkan bisa tak tersembuhkan jika tak segera diatasi.Tekanan yang terjadi terus menerus atas kestabilan emosi dapatmempengaruhi kesehatan fisik dan mental anda. Sakit kepalaberkepanjangan, takut tak beralasan pada seseorang, serangan jantung,sakit perut kronik,kehilangan semangat hidup dan motivasi mengembangkandiri dan lain-lain yang pada akhirnya menghambat efektivitas danproduktivitas seseorang.
Mengenal Pelecehan emosional. Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan masukan email anda dibawah ini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel terbaru dari Psikologi Indonesia
Anda baru saja membaca artikel tentang