Psikologi Indonesia

Written By Budi Santosa on Rabu, Mei 28, 2008 | 13.27

Anxiety Disorders /Gangguan Cemas adalah gangguan yang paling umum, atau sering terjadi berupa gangguan mental, dimana dalam hal ini meliputi suatu kelompok kondisi-kondisi yang terbagi antara gangguan cemas yang ekstrim atau patologis sebagai gangguan yang mengenai suasana hati atau tekanan emosional. Kecemasan, yang dipahami sebagai lawan dari ketakutan normal, adalah jelmaan oleh gangguan suasana hati, seperti halnya berpikir, perilaku, dan aktivitas fisiologis.



Jenis Gangguan Cemas

Gangguan Cemas dapat meliputi :
1. Serangan panik ( dengan dan tanpa sejarah terjadinya agoraphobia / takut pada ruang terbuka),
2. Agoraphobia / takut pada ruang terbuka ( dengan dan tanpa suatu sejarah gangguan panik),
3. Gangguan Cemas secara umum ,
4. Phobia secara spesifik,
5. Phobia sosial,
6. Gangguan obsessive-compulsive ,
7. Gangguan stress yang bersifat akut, dan
8. Gangguan Emosi Pasca Trauma (PTSD) ( DSM-IV).
Sebagai tambahan, ada gangguan penyesuaian dengan berbagai bentukan cemas, gangguan Cemas dalam kaitan dengan kondisi-kondisi medis umum, Gangguan Cemas karena Induksi Zat , dan kategori gangguan cemas yang tidak spesifik ( DSM-IV).

Gangguan cemas tentu saja tidak hanya terjadi di Amerika saja, namun dapat dijumpai dalam berbagai kultur budaya manusia (Regier et al., 1993; Kessler et al., 1994; Weissman et al., 1997). Di Amerika Serikat sendiri , tingkat kejadian gangguan cemas selama 1 tahun pada kelompok usia dewasa awal yaitu 18 – 54 tahun meningkat melebihi angka 16 % dan angka ini mengalami peningkatan signifikan dan komorbiditas dengan gangguan mood dan gangguan penyalahgunaan zat. (Regier et al., 1990; Goldberg & Lecrubier, 1995; Magee et al., 1996).

Penelitian longitudinal menyatakan bahwa gangguan ini dipengaruhi oleh umur permulaan ditemukannya gejala .kronisitas, penurunan ataupun kekambuhan episode sakit dan periode ditemukannya gangguan fungsi normal (Keller & Hanks, 1994; Gorman & Coplan, 1996; Liebowitz, 1997; Marcus et al., 1997). Meskipun beberapa pembahasan psikologis pada kasus bunuhdiri pada kalangan dewasa telah menyoroti kondisi komorbiditas (Conwell & Brent, 1995), dan sepertinya tingkatan komorbiditas kecemasan pada kasus bunuh diri seringkali diremehkan . Gangguan Panik dan agoraphobia . khususnya berhubungan dengan meningkatnya resiko usaha percobaan bunuh diri (Hornig & McNally, 1995; American Psychiatric Association, 1998).

Serangan panik dan Gangguan Panik
Serangan Panik adalah periode terpisah dari rasa takut yang sangat atau rasa tidak nyaman yang berhubungan dengan sejumlah symptom somatic dan kognitif ( DSM-IV).Kumpulan gejala ini meliputi palpitasi ,berkeringat, gemetar, nafas tersengal ,rasa seperti tercekik,sakit dada (sesak),mual dan gangguan saluran cerna ,pusing atau kepala berputar-putar , kesemutan,rasa panas yang menjalar di muka.Serangan ini biasanya terjadi tiba-tiba , dengan lama serangan berkisar 10 sampai dengan 15 menit .
Beberapa korban serangan panik mengaku merasakan rasa “takut mati”,seperti gila , atau hilangnya kontrol emosi dan perilaku ( contoh: kaum wanita seringkali menjerit-jerit tanpa kontrol bila merasa panik )
Pengalaman traumatis tersebut akan direkam dalam system memori manusia dan pengalaman tersebut akan membawa seseorang menghindari tempat, suasana dimana dia mendapatkan serangan panik tersebut , atau apabila serangan panik tersebut diikuti oleh gangguan fisik semacam sesak nafas , atau dada sesak maka biasanya si korban akan dengan segera meminta pertolongan medis meskipun sebenarnya secara fisik medis tidak ada yang memicu serangan tersebut sebgaimana yang dirasakan oleh penderita.
Serangan panik secara umum jarang berlangsung lebih dari 30 menit dan secara klinis diagnosa serangan panik tersebut dapat dikenali dengan minimum 4 pertanda somatic dan simpom kognitif sebagaimana dijelaskan diatas .Serangan panik itu dibedakan dari bentukan kecemasan lain dilhat dari intensitas dan jenis serangan (mendadak atau tidak),dan biasanya symptom tersebut terlihat alami.
Lebih lanjut serangan panik bisa digolongkan kepada adanya hubungan antara onset serangandan ada atau tidaknya factor pemicu .Lebih singkatnya , serangan panik bis adigambarkan sebagai suatu serangan yang tidak disangka-sangka ( enexpected), tergantung /terikat pada situasi ,dan sangat dipengaruhi oleh situasi ( hal tersebut adalah gambaran umum, namun dapat deskripsi tersebut dapat berbeda pada kasus-kasus khusus)
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa serangan panik bukanlah indicator pasti untuk mengatakan seseorang menderita gangguan mental,dan sekedar catatan bahwa lebih dari 10 persen penduduk sehat pernah mengalami serangan panik (Barlow, 1988; Klerman et al., 1991).Serangan panik juga tidak terbatas pada gangguan panik dimana gangguan panik biasanya didapatkan pada kasus phobia social , gangguan cemas umum, dan gangguan depresif mayor (DSM-IV).
Gangguan panik didiagnosa ketika seseorang mengalami setidaknya dua simptomp serangan panik yang mendadak dan berkembang menjadi rasa takut atau khawatir yang persisten (menetap)akan serangan panik selanjutnya atau ditemukannya perubahan kebiasaannya untuk mengantisipasi terjadinya serangan panik kembali .ketika jumlah dan keparahan kasus serangan sangat bervariasi, rasa kekhawatiran dan perilaku penolakan menjadi hal utama yang perlu diperhatikan .
Diagnosis tidak dapat diterapkan ketika serangan tersebut diperkirakan disebabkan oleh obat atau terapi medis atau gejala yang ditimbulkan oleh karena penyakit lain, hyperthyroidism misalnya.

Penyebab Gangguan Panik
Penelitian epidemiologis menyebutkan rata-rata tingkat kejadian gangguan panik seumur hidup adalah sebesar 2-4 Persen dan rata-rata kejadian selama satu tahun adalah sebesar 2 persen (Kessler et al., 1994; Weissman et al., 1997) (Table 4-1). Gangguan panik seringkali berkomplikasi dengan gangguan depresif mayor (50 - 65 persen tingkat komorbiditas seumur hidup) disusul oleh penyalahgunaan alcohol dan zat terlarang ( 20-30 persen ) (Keller & Hanks, 1994; Magee et al., 1996; Liebowitz, 1997).
Gangguan panik seringkali ditemukan bersamaan dengan gangguan kecemasan lainnya , termasuk phobia social ( sampai 30 %), gangguan cemas umum ( s/d 25 %) , phobia khusus (s/d 20 %) dan gangguan obsesif kompulsif ( s/d 10 %) (DSM-IV). Sebagaimana penjelasan terpisah , kurang lebih satu setengah penderita gangguan panik pada titik tertentu berkembang menjadi penolakan khusus yang berat yang perlu dijelaskan secara terpisah , gangguan panik disertai agoraphobia.
Masalah gender rupanya tidak terlepas dari masalah gangguan panik ini dimana jumlah penderita wanita dijumpai dua kali lipat diabanding pria (American Psychiatric Association, 1998).Umur permulaan terjadinya serangan paling banyak terjadi pada masa adolescence akhir ( biasanya terjadi pada usia 17-21 tahun) ,dan fase dewasa madya (50-65 tahun) dan permulaan serangan jarang terjadi setelah usia lebih dari 50 tahun.Dijumpai pula perkembangan terus menerus antara syndroma kecemasan pada usia muda , seperti gangguan kecemasan akan perpisahan . Biasanya semakin muda waktu serangan gangguan panik ini terjadi, semakin besar pula resiko komorbiditas,kronisitas dan kelemahan yang dibawanya.

.

G+

Anda baru saja membaca artikel tentang Anxiety Disorder (Bagian I ). Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan masukan email anda dibawah ini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel terbaru dari Psikologi Indonesia
feedburner

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Apakah ada anxiety center di indonesia? saya adalah penderita anxiety sejak tahun 2006 dan masih berusaha sembuh sampai sekarang. saya rasa penderita anxiety di indonesia masih sangat susah mencari pertolongan karena belum adanya sarana yang memadai. dimanakah tempat untuk meminta pertolongan bagi penderita seperti saya?
trims.

fadingrain@ymail.com

Anonim mengatakan...

klo frustasi tanpa penyebab istilahny apa ya?

Anonim mengatakan...

klo frustasi tanpa penyebab istilahny apa ya?

Anonim mengatakan...

Gabung aj di afi, anxiety forum indonesia

Olive mengatakan...

Tmn sy jg ada yg kena spt ini, takut dengan keramaian, apakah sebaiknya disupport utk dilawan, atau memang jangan dipaksakan?

Psikologi Indonesia © 2014. All Rights Reserved.
Template SimpleCips By psikologiindonesia.blogspot.com , Powered By Blogger