Psikologi Indonesia

Written By Budi Santosa on Senin, Mei 02, 2011 | 18.22


Saudara , sebagaimana didengungkan di sekolah bahwa manusia adalah makhluk social yang saling berinteraksi .Banyak pula teori yang mengatakan bahwa selain pola asuh (nurture), lingkungan (nature)  sangatlah berperan dalam perkembangan seorang anak manusia termasuk didalamnya segala interaksi dan dinamika social yang seringkali akan memancing tindakan orang lain secara luas atas dasar yang disebut kemanusiaan.

MOTIF

I. HUMANITY THEORY

Bila kita amati, pada kejadian kemanusiaan  ada beberapa motif yang melatarbelakangi .Saya sebut saja kasus Tsunami di Aceh 2004 silam .Kegiatan kemanusiaan yang bergerak pada saat itu , sangatlah luar biasa.Saya teringat betapa saya menangis melihat tayangan Televisi yang menyiarkan betapa banyaknya  korban yang jatuh akibat bencana dahsyat tersebut .Saya ingat , betapa banyak orang diwarung kopi yang notabene kaum “proletar” rela mengurungkan niatnya membeli mi goreng pengganjal perut atau membatalkan pesanan es jeruknya demi niat mulia menyumbang korban di Aceh .Mengapa ? 

Banyak ahli mengatakan bahwa hal ini adalah perwujudan teori kemanusiaan berdasar pada teori Abraham Maslow, yaitu hirarki kebutuhan terutama kebutuhan akan rasa cinta
Pertanyaan yang sama akan memperoleh jawaban sederhana dari seorang tukang becak di Wonokromo ketika ia ditanya mengapa menyumbangkan hasil menarik becaknya hari itu “Mesakne “ (Kasihan )…

Bila kita berbicara mengenai motif , maka mari kita berbicara mengenai goal (tujuan ) . Jawabannya kembali kepada rasa kemanusiaan .Tidak ada keinginan untuk mendapatkan reward secara normatif dalam arti penyumbang Tsunami Aceh secara garus besarnya tidak mengharapkan akan menjadi terkenal,misalnya dengan menyumbang korban Tsunami Aceh. Hal ini sengaja saya tekankan karena memang ada perbedaan dalam setiap motif kemanusiaan yang dilakukan .

Hal lain yang saya ingin tekankan adalah , tidak adanya rasa diuntungkan bagi penerima bantuan .Contoh konkritnya adalah begini , seorang korban Tsunami Aceh yang kehilangan istri dan tiga orang anaknya tidak serta merta merasa bahagia dengan mendapatkan bantuan makanan , obat-obatan dan lain sebagainya pun demikian juga hampir tidak peluang untuk mengais rejeki dari kemalangan tersebut ,misalnya berusaha menjual bantuan yang diberikan untuk mendapatkan keuntungan .

II.AROUSAL THEORY

Hampir sama dengan Teori Drive Reduction dari Clark Hull , teori ini menyatakan bahwa kita cenderung mempertahankan rasa nyaman kita dari gangguan  yang ada .Gangguan yang ada bias berupoa gangguan emosional, intelektual atau bahkan tindakan .Hal ini pula lah yang terjadi pada kasus Prita Mulyasari bila anda masih ingat .Rasa terusik akan ketidak adilan pada system yang kuat , rasa sakit yang tak tertahankan akan sesuatu yang menimpa orang lain dimana hal tersebut bisa menimpa kita , menyebabkan betapa besarnya tindakan kemanusiaan yang muncul dalam kasus Prita .

Dalam kasus Prita, ada semacam gangguan yang mengusik manusia baik secara kognitif. Maupun konatif dimana hal tersebut akan memicu terjadinya suatu tindakan kemanusiaan .Berbeda dengan kasus di Aceh , tindakan kemanusiaan yang berlabel “koin cinta” untuk Prita didasari pada suatu goal tertentu , tidak murni pada kemanusiaan atau Prita sebagai manusia itu sendiri . Goal tersebut adalah terjadinya perubahan social tertentu , misalnya kebebasan mengemukakan pendapat atau terjadinya perubahan dari pelaku hokum untuk bisa bertindak lebih bijaksana.

Bila kita bertanya , apakah keuntungan yang didapat dari penyumbang tipe ini ? Secara social memang reward yang ada dapat berefek langsung yaitu secara social akan dianggap mempunyai kepekaan ,melek teknologi (ingat kasus Prita adalah kasus elektronik , dimana sebagian orang akan bangga bercerita mengenai aktifitasnya didunia elektronik ) atau yang lain . Reward lain yang didapatkan adalah kepuasan melampiaskan inferioritas yang terpendam , menunggu momen seperti saat ini untuk lepas dan melawan kekuatan yang lebih absolute .

Disisi lain, korban seperti Prita pun juga memiliki beberapa  (kesempatan ) keuntungan  seperti misalnya dianggap sebagai pelopor atau peletak tonggak perlawanan bisu rakyat .Di sisi yang lain, ada pula kesempatan untuk menggunakan keuntungan financial yang didapat dari sumbangan masyarakat ,namun syukurlah hal tersebut tidak dilakukannya.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa Arousal Theory bukanlah suatu gerakan kemanusiaan yang murni , namun lebih berdasar pada suatu misi /goal yang ingin dicapai

III.EROS & THANATOS THEORY

 Saudara , Freud pernah mengemukakan teori psikoanalisa dimana seringkali tindakan manusia didasari oleh apa yang disebutnya eros dan Thanatos, atau dorongan hidup dan dorongan kematian . Saudara , apa yang dialami oleh Bilqis adalah salah satu contohnya .Pasien dengan kerusakan pada hati , yang memerlukan biaya besar dalam kasus transplanstasinya yang konon mencapai 1 milyar lebih . Sebuah stasiun TV swastapun ikut membantu menyiarkan dan mempromosikan kegiatan kemanusiaan untuk Bilqis  sehingga kabarnya uang 1 Milyar itupun terlampaui untuk biaya Operasinya .

Kaum Psikoanalis berpendapat bahwa tindakan kita sehari-hari adalah upaya untuk melestarikan kehidupan dan mencegah kerusakan pada kehidupan kita .Maka masuk akal-lah pada kasus Bilqis banyak sekali yang berniat membantu .

Tak kurang ,pendidikan dasar Jawa pun mengajarkan bahwa hendaklah kita membantu orang lain bila ingin dibantu orang lain . Prinsip saling menjaga , dan imbal balik dalam melestarikan kehidupan .

G+

Anda baru saja membaca artikel tentang MOTIF KEMANUSIAAN MANUSIA. Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan masukan email anda dibawah ini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel terbaru dari Psikologi Indonesia
feedburner

1 komentar:

Tiyo Harwin mengatakan...

artikel yang menarik sob :D
blog walking ..
salam kenal ..
http://peluru-tajam.blogspot.com

Psikologi Indonesia © 2014. All Rights Reserved.
Template SimpleCips By psikologiindonesia.blogspot.com , Powered By Blogger