Psikologi Indonesia

Written By Budi Santosa on Senin, Mei 02, 2011 | 16.54


Salam Psikologi Klinis  dari saya , Marbusan ! Saudara , kehidupan yang semakin keras seringkali dirasa terlalu berat bagi beberapa kelompok didalam masyarakat . Hal ini dapat direfleksikan dari tingkat kejadian bunuh diri yang semakin banyak dengan tingkat usia pelaku bunuh diri yang semakin muda . Kali ini saya akan mengajak anda untuk melihat fenomena bunuh diri dari berbagai sudut pandang sosial , belief system  dan tentu saja dari sudut pandang Psikologi Klinis . Semoga bermanfaat !


Saudara , bunuh diri atau suicide  dalam bahasa Inggrisnya berasal dari bahasa Latin sui caedere, yang berarti membunuh diri sendiri adalah tindakan yang ditujukan untuk mengakhiri hidup sang pelaku sendiri  . Secara garis besar , bunuh diri terjadi karena dua hal :

1.      Bunuh diri irasional : terjadi karena pengaruh obat ( misalnya obat –obatan yang memiliki efek paranoia ) , atau karena penyakit organik ( misalnya schizophrenia  yang diikuti oleh waham nihilistik )

2.      Bunuh diri rasional : Terjadi melalui pertimbangan akal , misalnya bunuh diri karena kesulitan ekonomi .

Di sisi lain , ada banyak hal yang melatarbelakangi mengapa seseorang atau sekelompok orang melakukan perbuatan ini , yaitu :

1.      Permasalahan Psikologis seperti Depresi , rasa malu ( saya bedakan antara malu dan dilecehkan ), rasa takut terhadap sesuatu ( sampai dengan tahap phobia ) .Secara umum bunuh diri karena permasalahan Psikologis adalah kegagalan seseorang melakukan coping ( penyesuaian diri ) dari permasalahan yang dihadapinya . Biasanya orang yang melakukan tindakan ini adalah orang yang bersifat introvert , dan metodenya biasanya memilih cara yang masih memungkinkan dirinya diselamatkan orang lain , misalnya memilih minum racun yang prosesnya lebih lama untuk meninggal daripada memilih metode menabrakkan diri ke kereta api . Biasanya mereka adalah golongan orang yang mengalami kesulitan psikologis namun kesulitan mengutarakan permasalahannya , atau merasa tidak ada yang mendukung hidupnya .

2.      Belief System   atau sistem kepercayaan dimana orang menafsirkan arti kematian akibat perbuatan bunuh diri dilihat dari sudut pandang keyakinan yang mereka miliki . Kebanyakan Agama yang dianut di dunia saat ini memandang bahwa bunuh diri adalah dosa atau perbuatan setan . Islam bahkan memandang bunuh diri sebagai dosa besar yang diancam dengan memasukkan pelakunya kedalam neraka .

3.      Kehormatan Sosial : Pandangan bahwa bunuh diri adalah perbuatan mulia rupanya dipegang teguh oleh bansa Jepang dengan melihat bahwa bunuh diri adalah cara yang lebih terhormat untuk  “hidup” daripada hidup dengan rasa malu bangsa Jepang memilih untuk melakukan Seppuku atau menusuk dan memotong perut dengan Katana (pedang ) dalam melakukan bunuh diri . Istilah yangs ering disalahartikan adalah harakiri dimana arti sesungguhnya adalah sama dengan seppuku ( menusuk & memotong perut = harai adalah sapuan atau potongan dan kiri adalah perut ) .Banyak orang mengartikan bahwa gantung diri juga harakiri , padahal metode yang digunakan sama sekali berbeda .Bahkan di Jepang pada tahun 70-an ada tempat yang dinamakan “Never return forrest” yang menjadi tempat orang melakukan bunuh diri . sampai saat ini Jepang masih menjadi tempat dimana angka bunuh dirinya tertinggi didunia

4.      Bunuh Diri Medis ( Euthanasia ) Bunuh diri yang satu ini sampai sekarang menjadi kontroversial mengenai legalitasnya . Euthanasia biasanya dilakukan pada pasien yang secara medis tidak mungkin sembuh, atau pasien yang karena sakitnya menderita sakit yang tak tertahankan .Pengorbanan diri untuk tidak menjadi beban bagi orang lain seringkali dijadikan alasan orang melakukan tindakan ini .

STATISTIKA BUNUH DIRI
Dalam setahun, hampir ada satu juta orang meninggal karena bunuh diri di dunia .Diperkirakan 10 sampai dengan 20 juta orang mencoba bunuh diri setiap tahunnya . Dalam jumlah tersebut, sebanyak 60.000 orang melakukan bunuh diri di Rusia , 30.000 di AS, dan 30.000 lainnya di Jepang , dan di Cina ada kurang lebih 250.000 bunuh diri terjadi . 

Secara statistika perilaku terdapat kenyataan yang unik dimana kejadian bunuh diri lebih banyak dilakukan oleh kaum pria dengan perbandingan rasio 4:1, namun angka percobaan bunuh diri lebih banyak dilakukan oleh kaum hawa .Hal ini membuktikan bahwa keinginan untuk diperhatikan lebih besar pada kaum hawa .Namun hal ini tidak berlaku di India dimana angka kejadian bunuh diri disana yang melibatkan wanita lebih banyak yaitu 3:1. Dalam hal ini , percobaan bunuh diri masih bersifat ambigu , dimana percobaan bunuh diri sebetulnya hanyalah alat untuk “meminta tolong” pada lingkungan sekitarnya. 

Tingkatan kejadian bunuh diri pada wanita juga ditemukan tinggi di Cina . Dari tingkatan usia , tingkatan tertinggi adalah kaum pria dewasa , meskipun bunuh diri pada usia yang lebih dinipun menunjukkan kecenderungan meningkat. Negara-negara pecahan Uni Soviet adalah penyumbang terbesar  dari bunuh diri , sedangkan kebalikannya adalah di wilayah Amerika Latin .

Pandangan-pandangan tentang Bunuh Diri
 Terdapat banyak pendapat yang menyatakan bahwa bunuh diri adalah perbuatan tidak bermaral dan beretika . Pendapat yang terkenal menyatakan bahwa sesungguhnya alasan yang seringkali digunakan untuk melakukan bunuh diri , semisal depresi atau kesulitan ekonomi , lebih sering bersifat sementara dan dapat dicarikan jalan keluarnya dan dapat dilakukan terapi psikologis dan perubahan gaya hidup . 
Seorang penderita depresi yang mencoba bunuh diri dengan melompat dari jembatan menyatakan bahwa pada saat dia melompat , dia menyadari bahwa semua permasalahan yang dia alami sesungguhnya bisa diatasi , kecuali permasalahan bahwa dia telah melompat dari jembatan . Hal ini sungguh unik, karena seseorang ternyata dapat mengalami insight  dari permasalahannya justru pada saat ia memutuskan untuk menyerah dari permasalahnnya tersebut . 

Tapi, tentu saja bahwa ada banyak kasus dimana penderita merasa bahwa apa yang mereka alami bukanlah permalahan yang bersifat sementara semata , dan seringkali disertai rasa putus asa akan pemecahan masalahnya tergantung dari seberapa parah kompleksitas , dan kemampuan seseoang untuk terbuka dan pasrah terhadap permasalahannya dimana pada penderita tersebut membutuhkan terapi psikoterapi jangka panjang , dan kemungkinan multi terapi .

Pandangan Utilitarianisme

 Salah satu tokoh pandangan ini yaitu William Goldwin menyatakan bahwa bunuh diri adalah suatu kesalahan , karena mengabaikan kemungkinan kenikmatan yang mungkin bis adiraih dalam hidup . Utilitarisanisme bersandar pada penilaian moral sebagai dasar dari kenikmatan dan cobaan hidup yang dialami dan berpendapat bahwa bunuh diri adalah hal yang yang tidak bermoral

Deontologisme

Immanuel Kant , yang dianggap sebagai bapak pandangan Deontologisme menyatakan menentang bunuh diri dalam Fundamental Principles of The Metaphysic of Morals. Dalam  pandangannya menyangkut formula kedua dari  categorical imperative, Kant menyatakan :
 "He who contemplates suicide should ask himself whether his action can be consistent with the idea of humanity as an end in itself."
“Dia yang mendukung bunuh diri seharusnya bertanya apakah tindakannya dapat berlangsung konsisten dengan prisip kemanusiaan yang berujung pada dirinya sendiri “ 

Dalam pandangan ini , Kant menitikberatkan pada tindakan  dan bukan pada hasil maupun konsekuensinya .  Kant berpendapat bahwa tindakan bunuh diri adalah tindakan yang bersifat egois karena bertujuan memuaskan kebutuhan pelaku itu sendiri tanpa memikirkan orang lain .Selanjutnya , Kant Mengatakan bahwa “Suatu tindakan hendaknya tidak berdasarkan pada arti tindakan itu sendiri , namun harus dipikirkan secara universal bahwa semua  tindakan yang dilakukan adalah perwujudan dari pribadi seseorang . 

Yet a criticism of this rebuke of suicide can be found in Kant's view of sexuality. The reason that sex in marriage is acceptable (and in Kant's eyes, this is the only acceptable place for it) is because there is no other person to use as a means, so it is impossible to take advantage of a non-existent person, and it is not capable to take advantage of oneself. Thus it would seem that suicide to satisfy oneself must be unacceptable to Kant on other grounds than self-satisfaction.

Eksistensialisme

Seorang Filsuf dari Prancis yang  bernama Camus memandang tujuan dari pandangan Eksistensialisme adalah untuk mempertanyakan apakah bunuh diri diperlukan dalam dunia ini . Baginya , bunuh diri adalah penolakan dari kebebasan hidup .Baginya lagi , melarikan diri dari absurditas kehidupan kedalam ilusi , agama , maupun kematian  bukanlah jalan keluar terbaik . Alih-alih menghindar dari ketidakjelasan hidup , bagi Camus lebih baik untuk merayakan hidup ini dengan bergairah dan bersemangat

G+

Anda baru saja membaca artikel tentang PERILAKU BUNUH DIRI. Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan masukan email anda dibawah ini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel terbaru dari Psikologi Indonesia
feedburner

0 komentar:

Psikologi Indonesia © 2014. All Rights Reserved.
Template SimpleCips By psikologiindonesia.blogspot.com , Powered By Blogger