Mengenal Kodokushi ( Kematian
karena Kesepian)-Bagian 1
Seorang pasien yang dirawat di bagian Penyakit Dalam
ditemukan meninggal di ruang perawatan . Tak ada satupun yang curiga akan
kematian sang pasien , karena selain sudah tua dan mengidap penyakit kronis tidak
pula ditemukan tanda-tanda kekerasan ditubuh korban .
Kematian pasien tersebut rupanya mengusik perhatian seorang
dokter yang merawatnya . Keterangan yang didapat dari bagian gizi menunjukkan
bahwa sudah seminggu sang pasien tak menyentuh makanannya. Keterangan lainnya
dikemukakan oleh perawat yang menemukan bungkusan plastik berisi obat-obatan
yang seharusnya dikonsumsi pasien tersebut dibawah kasurnya . Hal ini
menunjukkan bahwa pasien tak lagi ingin diobati.
Sang pasien memang dirawat di Rumah Sakit seorang diri tanpa ada
yang menemani . Seringkali perawat melihat sang pasien tidur dengan menutupkan
selimut keseluruh tubuhnya, seakan iri melihat pasien lain dikunjungi sanak
saudara. Di lain waktu, perawat pernah memergokinya sedang menangis sendiri,
namun tiada kata yang terucap untuk menjelaskan mengapa ia menangis . Sang
dokter kemudian menduga, bahwa serangan jantung yang merenggut nyawa pasien
tersebut adalah serangan yang dipicu oleh kesedihan, kesepian yang sangat
mendalam.
Kodokushi
Di Iepang, apa yang dialami oleh si pasien tadi lazim disebut
sebagai kodokushi (kematian
akibat kesepian / perasaan hampa), dan jurnlahnya terus meningkat setiap tahun.Di
tahun 2011, terdapat sekitar 2000 orang tua di Tokyo Jepang meninggal dalam
kesepian. Angka ini dirilis oleh Japan's National Broadcasting. Sedihnya
, tubuh tak bernyawa sang korban biasanya ditemukan setelah beberapa hari,
bahkan bulan setelah kematiannya.
Semua
kejadian tersebut selalu memiliki pola yang sama. Korban Kodokushi biasanya
adalah orangtua atau pasangan orangtua
yang menyendiri dan terisolasi dari lingkungan sekitar. Tidak ada yang khas
bila kajian ditujukan pada latar belakang ekonomi . Hal ini karena korban datang
dari latar belakang keluarga dengan tingkat ekonomi beragam, mulai dari yang
kekurangan hingga tingkat ekonomi atas.
Jepang
sampai saat ini masih dianggap sebagai negara makmur . Harapan hidup di Jepang
yang tinggi memungkinkan seseorang hidup sampai usia lanjut . Bank Dunia di
tahun 2012 merilis laporan tingkatan harapan hidup di Jepang adalah 83.10 tahun
. Bandingkan dengan Amerika yang "hanya" 78.74 tahun serta Tiongkok
yang 75.20 tahun.
Sungguh
ironis menyadari bahwa tingginya angka kodokushi di Jepang merupakan
antiklimaks dari panjangnya usia hidup rata-rata orangtua di negara tersebut. Gaya
hidup dengan tekanan tinggi seringkali menyebabkan seseorang tidak lagi
memperdulikan orang lain . Sebuah kisah ironi terjadi di tahun 2010 dimana
warga Jepang pemah dihebohkan dengan ditemukannya jasad Sogen Kato, pria berusia
111 yang disebut-sebut sebagai salah satu
pria tertua di Tokyo. Yang menyedihkan, jasad Sogen ditemukan sudah menjadi
mumi, berbaring di ternpat tidur di kediamannya dan diperkirakan sudah
meninggal sejak 30 tahun lalu. Di tahun yang sama, pemerintah Jepang baru
menyadari tidak bisa mendeteksi keberadaan sekitar seperempat juta warganya
yang berusia di atas 100:
Rupanya,
Kodokushi
tak hanya mengincar orang lanjut sebagai korbannya, melainkan juga remaja dan
anak-anak Di Jepang banyak ditemukannya anak-anak dan remaja yang juga meninggal
karena kodokushi. Dari profil para korban, diketahui bahwa mereka biasanya
berasal dari keluarga yang tidak banyak bersosialisasi dengan lingkungan
masyarakat di sekitarnya.
Lantas, apa penyebab dari
Kodokushi ini? seorang psikiater mengatakan bahwa perasaan hampa atau kesepian yang banyak
dialami oleh para orangtua merupakan gejala dari Empty-Nest Syndrome (sindrom
sarang kosong). Sindrom ini biasanya menyerang para lansia ketika anak-anak mereka
mulai meninggalkan rumah atau tidak lagi tinggal dalam satu rumah. dimana sindrom
tersebut akan menjadi pemicu depresi apalagi bila didukung oleh beberapa faktor
lain. Misal. lansia yang memiliki kepribadian tertutup atau faktor lingkungan
sosial yang kurang mendukung sehingga membuat para lansia merasa terisolasi.
Faktor depresi ini yang kemudian memicu kematian.
Mengenal Kodokushi ( Kematian karena Kesepian)-Bagian 1. Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan masukan email anda dibawah ini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel terbaru dari Psikologi Indonesia
Anda baru saja membaca artikel tentang
0 komentar:
Posting Komentar