Psikologi Indonesia

Written By Budi Santosa on Jumat, Februari 12, 2016 | 22.49


MENYALAKAN LENTERA

Mereka tidak lahir di kota besar seperti Surabaya atau Jakarta . Mereka juga tidak mengenal jas, jeans atau pakaian mahal lainnya ,karena sebagian justru hanya mengenal koteka sebagai pakaian. Berbicara mengenai pencapaian , “prestasi “ terbesar mereka adalah tinggal kelas alias tidak naik dari kelas 2 SD selama 4 tahun berturut-turut .

Rasanya “benar dan pantas” bila siapapun putus asa menghadapi orang seperti mereka . Rasanya “tidak berdosa” pula bila rangkaian celaan kita berikan kepada mereka …toh cacian kita “benar” adanya sesuai dengan keadaan mereka….jadi, kita nggak bohong kan ?


Ada seseorang yang kemudian datang . Dia bukan Superman, Ultra Man atau Super hero lainnya . Dia hanya datang membawa ketulusan dan keyakinan . Keyakinan bahwasanya tidak ada anak yang bodoh dan “tak terselamatkan” . Anak- anak adalah intan mutiara , yang mustahil dilahirkan sebagai anak bodoh. Sekali lagi, mereka tidak bodoh, hanya tidak mendapatkan kesempatan mendapatkan ilmu dengan metode yang tepat .

Dalam 6 bulan , “anak-anak bodoh” itu telah menguasai materi pelajaran kelas 1-6 SD . Bahkan si anak dengan prestasi “ajaib” yaitu tidak naik kelas 2 selama 4 tahun berturut-turut itu kini menjadi juara olimpiade sains matematika nasional . Tak hanya itu , bocah yang dulu dicap “bebal” itu juga menjadi juara olimpiade robotika tingkat nasional . Percaya atau tidak , suatu ketika ada seorang peserta olimpiade sains dari Jakarta yang berkata , “ yaaaa….lawannya dari Papua lagi…..mustahil menang deh”…..

Si guru itu yakin bahwa guru yang baik adalah guru yang bisa menginspirasi muridnya , tepat sebagaimana definisi dari edukasi . Edukasi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Educere yang artinya adalah “menyalakan cahaya yang sudah ada dalam diri “ . Artinya…setiap orang lahir dengan membawa cahaya .Adalah pilihan kita untuk membantu memperbesar cahaya itu atau memilih memadamkannya .

Menghina, mencela ,memaki itu sangat mudah dilakukan , namun bukankah itu dapat memadamkan cahaya dari orang lain sebagaimana memadamkan cahaya kasih sayang dari diri kita sendiri ?
Catatan : Guru luar biasa itu bernama Prof.Yohanes Surya

G+

Anda baru saja membaca artikel tentang . Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan masukan email anda dibawah ini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel terbaru dari Psikologi Indonesia
feedburner

0 komentar:

Psikologi Indonesia © 2014. All Rights Reserved.
Template SimpleCips By psikologiindonesia.blogspot.com , Powered By Blogger